LAPORAN KLIMATOLOGI KLASIFIKASI IKLIM

KLIMATOLOGI
![]() |
Disusun oleh :
Kelompok
VIIA
Ana Wijayanti 23040116130048
PROGRAM STUDI
S-1 AGRIBISNIS
DEPARTEMEN
PERTANIAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG


Judul : LAPORAN PRAKTIKUM KLIMATOLOGI
Kelompok : VIIA
(TUJUH)A
Program Studi : S-1 AGRIBISNIS
Fakultas : PETERNAKAN DAN PERTANIAN
Tanggal Penggesahan :
OKTOBER 2017
Menyetujui,
Koordinator Praktikum
Klimatologi
Ir. Sutarno, M.S
NIP.
19580611 198303 1 002
|
Asisten Pembimbing Praktikum
Klimatologi
Age Alfian Ahmad
NIM. 23030115140080
|
![]() |
KATA
PENGANTAR

Laporan ini merupakan
salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan mata kuliah Klimatologi. Penulis
juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ir. Sutarno, M.S, selaku
Koordinator Praktikum Klimatologi dan Age Alfian Ahmad selaku asisten pembimbing
praktikum klimatologi serta semua pihak yang telah membantu dan memberikan
pengarahan dalam penyusunan laporan ini. Penulis juga mengucapkan rasa hormat
dan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan laporan ini.
Semarang, Oktober
2017
Penulis
![]() |

Kelompok VII AgribisnisA.
2017.
Laporan Praktikum Klimatologi. (Asisten : Age Alfian Ahmad).
Tujuan dari praktikum tipe iklim dan pemetaan pola tanam adalah
untuk dapat mengetahui tipe iklim Mohr, Oldeman, Schmidt-Ferguson berdasarkan
curah hujannya. Manfaat dari praktikum ini yaitu dapat membuat pola tanam
Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah berdasarkan curah
hujan sepuluh tahun terakhir.
Materi yang digunakan dalam praktikum
acara ini terdiri dari komponen alat dan bahan. Bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah data curah hujan di kecamatan Pucakwangi. Alat yang
digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis untuk mencatat, kamera untuk
mengambil gambar. Metode yang diterapkan adalah mencari data curah hujan dalam
kurun waktu sepuluh tahun. Data curah hujan diperoleh dari data di kantor BPS
Jawa tengah dan melalui database BPS
Jawa Tengah.
Hasil praktikum Klimatologi
pada acara Pola Tanam adalah klasifikasi iklim pada kecamatan Pucakwangi adalah
Iklim Mohr kelas II yaitu agak basah, Oldeman kelas D3 agak kering, dan
Schmidt-Ferguson masuk kelas C yang termasuk pada kondisi iklim agak basah.
Kecamatan Pucakwangi melakukan sistem pola tanam padi- padi-palawija. Jenis
palawija yang dikembangkan di Pucakwangi adalah jagung, dan kacang tanah.
Kata
kunci : Iklim, Mohr, Oldeman, Schmidt-Ferguson, Pola tanam, Padi,
Palawija, Kecamatan Pucakwangi.
![]() |

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
RINGKASAN ............................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. viii
ACARA III TIPE IKLIM DAN
PEMETAAN POLA TANAM
BAB I.
PENDAHULUAN ........................................................................ 1
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA .............................................................. 2
2.1.Iklim......................................................................................`2 ...............................................................................................
2.2. Kecamatan
Pucakwangi ......................................................... 2
2.3. Klasifikasi
Iklim Mohr............................................................ 3
2.4. Klasifikasi
Iklim Schmidt-Ferguson....................................... 4
2.5. Klasifikasi
Iklim Oldeman...................................................... 4
2.6. Pemetaan
Pola Tanam............................................................. 6
....... 2.6.1. Padi.............................................................................. 5
....... 2.6.2. Palawija........................................................................ 6
BAB III. MATERI
DAN METODE ......................................................... 8
3.1. Materi ..................................................................................... 8 ...............................................................................................
3.2. Metode ................................................................................... 8
BAB IV. HASIL
DAN PEMBAHASAN ................................................. 9
4.1. Klasifikasi
Iklim Mohr ........................................................... 9
4.2. Klasifikasi
Iklim Oldeman...................................................... 10
4.3. Klasifikasi
Iklim Schmidt-Ferguson....................................... 11
4.4. Pemetaan
Pola Tanam............................................................. 13
BAB V. SIMPULAN
DAN SARAN ........................................................ 15
5.1. Simpulan ................................................................................. 15
5.2. Saran ....................................................................................... 15


LAMPIRAN .............................................................................................. 18

Nomor Halaman
1. Klasifikasi Tipe Iklim Mohr................................................................ 3
2.
Klasifikasi Tipe Iklim Schmidt-Ferguson............................................ 4
3.
Klasifikasi Tipe Iklim Oldeman Berdasarkan Bulan Basah................ 5
4. Klasifikasi Tipe Iklim Oldeman Berdasarkan
Bulan Kering.............. 5
5.
Tipe Iklim Kecamatan Pucakwangi Menurut Klasifikasi Mohr.......... 9
6. Tipe Iklim Kecamatan Pucakwangi Menurut Klasifikasi
Oldeman.... 10
7. Tipe Iklim
Kecamatan Pucakwangi Menurut Klasifikasi
Schmidt-Ferguson........................................................................ 11
8. Pemetaan Pola Tanam Padi-Palawija di Kecamatan
Pucakwangi ...... 13
![]() |
|||
![]() |

Nomor Halaman
1.
Pengamatan Curah Hujan di
Kecamatan Pucakwangi,
Kabupaten
Pati.........................................................................
18
![]() |
|||
![]() |

PENDAHULUAN
Iklim merupakan
gabungan berbagai cuaca sehari-hari atau rata-rata dari cuaca yang dilakukan
selama 30 tahun agar dapat mengetahui penyimpangan pada iklim. Iklim disuatu
daerah tidak selalu sama karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu radiasi
matahari, garis lintang, topografi, tekanan udara, permukaan tanah, luas
daratan dan lautan. Ada tiga tipe iklim yang digunakan di Indonesia yaitu tipe
iklim Mohr, tipe Schmidt-Ferguson dan tipe iklim Oldeman.
Pembagian iklim menurut
Mohr didasarkan atas banyaknya bulan basah dan bulan kering. Schmid dan
Fergusson mendapatkan bulan basah dan bulan kering dengan cara mencari harga rata-rata
curah hujan tiap tahun. Adanya bulan basah dan bulan kering dihitung kemudian
dijumlahkan lalu dirata-rata, untuk mengetahui periode kering di suatu daerah
Schmid dan Fergusson menghitung nilai Q. Klasifikasi iklim yang dibuat oleh
Oldeman menggunakan dasar yaitu bulan basah dan bulan kering yang
berturut-turut, semua itu dihubungkan dengan kebutuhan air bagi tanaman basah
dan palawija.
Kecamatan Pucakwangi merupakan salah satu kecamatan
di kabupaten Pati yang terletak disebelah tenggara kota Pati. Pegunungan kapur
yang membujur di selatan kecamatan Pucakwangi menyebabkan topografi wilayah
Pucakwangi sebagian kecil merupakan dataran tinggi. Topografi kecamatan
Pucakwangi sebagian besar merupakan dataran rendah karena terletak pada 27-100
m dpl sehingga potensial menjadi lahan pertanian. Komoditas tanaman di
Pucakwangi yaitu komoditas pangan dan palawija yang ditanam bergantian pada
musim hujan dan kemarau.


TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Iklim
Iklim adalah rata-rata
kondisi cuaca dalam jangka waktu yang lama dan meliputi tempat yang luas,
kira-kira memerlukan data cuaca antara 10 sampai 30 tahun. Iklim dikaji dalam
bidang ilmu klimatologi. Terjadinya perbedaan iklim di muka bumi disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu rotasi dan revolusi bumi yang berdasar pada garis
lintang dan bujur, topografi bumi, tekanan udara, luas permukaan tanah dan
lautan. Klasifikasi iklim umumnya didasarkan atas tujuan penggunaannya,
misalnya untuk pertanian, penerbangan atau kelautan. Pengklasifikasian iklim
hanya memilih data iklim yang mempengaruhi secara langsung aktivitas dalam
bidang yang diamati seperti pola tanam komoditas bahan pangan atau perkebunan (Lakitan, 2002). Oleh karena itu pembagian iklim disuatu tempat
didasarkan pada dua atau tiga tipe iklim. Pembagian iklim berdasarkan tujuan
penggunaannya yaitu tipe iklim Mohr, tipe iklim Schmidt-Ferguson dan tipe iklim Oldeman
(Dewi, 2005).
2.2.
Kecamatan Pucakwangi

2.3. Klasifikasi Iklim Mohr
Iklim Mohr adalah penggolongan iklim berdasarkan
rata-rata pengelompokan jumlah bulan basah dan bulan kering pertahun lalu
dirata-rata. Bulan basah yaitu bulan yang jumlah curah hujannya lebih dari 100
mm/bulan, sedangkan bulan kering adalah bulan yang curah hujannya kurang dari 60
mm/tahun (Indiyanti, 2009). Tipe iklim Mohr digunakan untuk iklim kehutanan dan
perkebunan. Tanaman perkebunan yang cocok ditanam berdasarkan iklim Mohr adalah
kelapa, teh, kapok, cengkeh, kopi, panili, kapas, lada, kakao, kemiri dan tebu
(Dewi, 2005). Adapun klasifikasi iklim menurut Mohr
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel
1.Klasifikasi
Tipe Iklim Mohr
![]() |
Zona
|
Jumlah Bulan
Basah
|
Jumlah Bulan
Kering
|
1.
|
1a
|
12
|
0
|
2.
|
1b
|
7-11
|
0
|
3.
|
II
|
4-11
|
1-2
|
4.
|
III
|
4-9
|
2-4
|
5.
|
IV
|
4-7
|
4-6
|
6.
|
V
|
4-5
|
6-7
|
Sumber: (Indiyanti, 2009).
![]() |
2.4. Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson
Tipe iklim
Schmidt-Ferguson merupakan perbaikan dari tipe iklim Mohr. Pencarian rata-rata
bulan basah dan bulan kering atau nilai Q dalam klasifikasi iklim
Schmidt-Ferguson dilakukan dengan cara membandingkan jumlah bulan kering dengan
bulan basah selama pengamatan (Syakur, 2008). Iklim Schmidt-Ferguson digunakan
untuk menentukan pemetaan pola tanam komoditas perkebunan dan hutan. Tipe iklim
Schmidt-Ferguson digunakan untuk tanaman keras atau tanaman perkebunan dan
tanaman kehutanan (Dewi, 2005). Pemetaan komoditas tanaman yang cocok ditanam
pada iklim adalah tanaman pangan seperti Padi. Adapun klasifikasi iklim menurut
Schmidt-Ferguson dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. Klasifikasi Tipe
Iklim Schmidt-Ferguson
![]() |
Nilai
Q (%)
|
Uraian
|
A
|
0<Q<0,143
|
Sangat Basah
|
B
|
0,143<Q<0,333
|
Basah
|
C
|
0,333<Q<0,600
|
Agak Basah
|
D
|
0,600<Q<1,000
|
Sedang
|
E
|
1,000<Q<1,670
|
Agak Kering
|
F
|
1,670<Q<3,000
|
Kering
|
G
|
3,000<Q<7,000
|
Sangat Kering
|
H
|
7,000<Q
|
Luar Biasa Kering
|
Sumber: (Lakitan, 2002).
2.5. Klasifikasi Iklim Oldeman

Tabel
3.Klasifikasi
Tipe Iklim Oldeman Berdasarkan Bulan Basah
![]() |
Bulan
Basah Berturut-turut
|
A
|
>9
|
B
|
7-9
|
C
|
5-6
|
D
|
3-4
|
E
|
<3
|
Sumber: (Dewi, 2005).
Tabel 4.Klasifikasi Tipe Iklim Oldeman Berdasarkan Bulan Kering
![]() |
Bulan Kering Berturut-turut
|
1
|
<2
|
2
|
2-3
|
3
|
4-6
|
4
|
>6
|
Sumber: (Indayanti, 2009).
![]() |
2.6. Pemetaan Pola Tanam
Perubahan pola hujan telah
mengakibatkan penurunan periode masa tanam. Lahan yang pada awalnya bisa
ditanami padi tiga kali dalam setahun, sekarang hanya bisa ditanami padi dua
kali dalam setahun karena bertambahnya jumlah bulan kering dalam setahun. Oleh
karena itu, diperlukan suatu pemetaan pola tanam pada tanaman agar perubahan
pola hujan tidak terlalu berpengaruh terhadap produktivitas pertanian (Las et al., 2007). Pemetaan pola tanam adalah
kalender pergiliran penanaman padi dan palawija dalam satu tahun. Pola
tanam adalah usaha penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur susunan tata
letak dan urutan tanaman selama periode waktu tertentu termasuk masa pengolahan
tanah dan masa tidak ditanami selama periode tertentu. Banyaknya bulan basah dan bulan kering sangat berpengaruh terhadap pola
tanaam tanaman. Pemetaan pola tanam bergantung pada tipe iklim yang berlaku. Umumnya
pemetaan pola tanam padi dan palawija yang digunakan berdasar pada klasifikasi
iklim Oldeman yaitu tipe iklim B1, B2, C1, C2 dan C3 (Fadholli dan Supriyatin,
2012). Pemetaan pola tanam pada tipe iklim B1 yaitu 3 kali padi sawah atau 2
kali padi sawah dan 1 kali palawija. Pemetaan pola tanam pada tipe iklim B2
yaitu 2 kali padi sawah dan satu kali palawija. Tipe iklim C1 mempunyai pola
tanam 1 kali padi sawah dan 2 kali palawija sedangkan tipe iklim C2 dan C3
mempunyai pola tanam 1 kali padi sawah dan satu kali palawija dengan syarat
untuk masa tanam yang kedua tidak jatuhpadaa musim kemarau. Pemetaan pola tanam
tentunya mempunyai fungsi yaitu fungsi biofisik, sosial budaya dan ekonomi
yaitu agar proses penanaman dapat dilakukan secara efisien sehingga dapat
menghemat waktu dan biaya (Sulardi,
2010).
2.6.1. Padi

2.6.2. Palawija
Palawija atau tanaman kedua setelah padi, biasa di
tanam ketika air sudah tidak mencukupi untuk menanam padi, selain membutuhkan
waktu yang lama padi membutuhkan banyak air, sementara palawija tidak, tanaman
palawija dapat tumbuh hanya dengan menyiram setiap hari, ataupun tidak sama sekali
tergantung kelembaban tanah itu sendiri. Beberapa jenis tanaman palawija yaitu
mentimun, kacang panjang, kacang hijau, kacang tanah, ubi jalar, wortel,
kedelai, jagung dan singkong (Purwono dan Purnamawati, 2007). Curah hujan yang
sesuai dengan tanaman palawija yaitu 1500-2500 mm/tahun. Kelembaban udara
optimal yang diperlukan yaitu 60-65 %. Rata-rata palawija ditanam pada awal musim
kemarau agar bisa dipanen saat musim penghujan (Peru dan Dewi, 2007).
Salah satu palawija yang sering ditanam yaitu jagung. Suhu
yang sesuai untuk tanaman jagung antara 21°C – 30°C dengan suhu optimum 23°C –
27°C. Jenis-jenis jagung yang sering dibudidayakan yaitu jagung tepung, jagung
mutiara dan jagung manis. Jagung
termasuk tanaman yang membutuhkan air cukup banyak, terutama pada saat
pertumbuhan awal, saat berbunga, dan saat pengisian biji. Kebutuhan jumlah air
setiap varietas sangat beragam. Namun demikian, secara umum tanaman jagung
membutuhkan 2 liter air per tanaman per hari saat kondisi panas dan
berangin (Purwono dan Hartono,
2006).
![]() |

MATERI DAN METODE
Praktikum klimatologi dengan materi tipe iklim dan
pemetaan pola tanam dilaksanakan pada tanggal 27 Agustus 2017. Lokasi pencarian
data antara lain di Badan Pusat Statistika Provinsi Jawa Tengah, Jalan
Pahlawan, Pandanaran, Kota Semarang.
3.1. Materi
Materi yang
digunakan dalam praktikum acara ini terdiri dari komponen alat dan bahan. Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah data curah hujan di kecamatan
Pucakwangi sebagai data pengamatan yang akan digolongkan berdasarkan tipe
iklimnya dan pemetaan pola tanamnya. Alat yang digunakan dalam praktikum ini
adalah alat tulis sebagai alat untuk mencatat data yang diperoleh, kamera
sebagai alat untuk mengambil data dalam bentuk gambar.
3.2. Metode
Metode yang
diterapkan dalam praktikum acara ini adalah mencari data curah hujan dalam
kurun waktu sepuluh tahun. Data curah hujan diperoleh dari data yang ada di
kantor BPS Jawa tengah dan mencari melalui database
BPS Jawa Tengah di internet. Kemudian data tersebut diolah pada tabel lalu
menganalisis tipe iklim (Mohr, Oldeman, Schmidt-Ferguson) sesuai dengan data
curah hujan sepuluh tahunan yang telah diperoleh. Setelah menganalisis,
kemudian membuat pemetaan pola tanam padi dan palawija (jagung) berdasarkan
tipe iklim yang telah dianalisis untuk kecamatan Pucakwangi.
![]() |

HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Klasifikasi Iklim Mohr
Berdasarkan
pengklasifikasian curah hujan sepuluh tahunan di kecamatan Pucakwangi menurut
klasifikasi iklim Mohr, maka diperoleh keterangan seperti yang tercantum di
dalam tabel di bawah ini
Tabel
5.Tipe
Iklim Kecamatan Pucakwangi Menurut Klasifikasi Iklim Mohr
Kecamatan
|
Rata-rata
jumlah bulan basah dalam sepuluh tahun
|
Rata-rata
jumlah bulan kering dalam sepuluh tahun
|
Tipe iklim
menurut klasifikasi iklim Mohr
|
Pucakwangi
|
6
|
4
|
Kelas III
|
Sumber: Data Primer
Praktikum Klimatologi, 2017.

4.2. Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson
Berdasarkan pengklasifikasian curah hujan sepuluh
tahunan di kecamatan Pucakwangi menurut klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson,
maka diperoleh keterangan seperti yang tercantum di dalam tabel di bawah ini :
Tabel
6. Tipe Iklim
Kecamatan Pucakwangi Menurut Klasifikasi Iklim Schmidt- Ferguson
Kecamatan
|
Rata-rata
jumlah bulan basah dalam sepuluh tahun
|
Rata-rata
jumlah bulan kering dalam sepuluh tahun
|
Nilai Q
|
Tipe iklim
menurut klasifikasi iklim
Schmidt-Ferguson
|
Pucakwangi
|
6
|
4
|
0,67
|
D
|
Sumber: Data Primer
Praktikum Klimatologi, 2017.



4.3. Klasifikasi Iklim Oldeman
Berdasarkan pengklasifikasian curah hujan sepuluh
tahunan di kecamatan Pucakwangi menurut klasifikasi iklim Oldeman, maka
diperoleh keterangan seperti yang tercantum di dalam tabel di bawah ini
Tabel
7.Tipe
Iklim Kecamatan Pucakwangi Menurut Klasifikasi Iklim Oldeman
Kecamatan
|
Rata-rata
jumlah bulan basah dalam sepuluh tahun
|
Rata-rata
jumlah bulan kering dalam sepuluh tahun
|
Tipe iklim
menurut klasifikasi iklim Oldeman
|
Pucakwangi
|
3
|
5
|
D3
|
Sumber: Data Primer
Praktikum Klimatologi, 2017.

![]() |
|||
![]() |
4.4. Kalender Pola Tanam Padi-Palawija
Kalender atau
pemetaan pola tanam padi-palawija dilakukan berdasarkan pedoman tipe iklim
Oldeman. Berdasarkan jumlah bulan basah dan bulan kering yang diperoleh
berdasarkan klasifikasi iklim oldeman, diperoleh pemetaan pola tanam sebagai
berikut:
Tabel
4.Pemetaan
Pola Tanam Padi-Palawija
di Kecamatan Pucakwangi
Bulan
|
|||||||||||||
Jan
|
Feb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Jun
|
Jul
|
Agu
|
Sep
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
||
CH
|
296
|
178,2
|
177,4
|
198
|
148,8
|
89,8
|
58,8
|
63,6
|
51,2
|
84,4
|
141,6
|
305
|
|
LP I
|
|||||||||||||
Padi
|
|||||||||||||
Padi gogo
|
|||||||||||||
Jagung
|
|||||||||||||
Kedelai
|
|||||||||||||
LP II
|
|||||||||||||
Ketela pohon
|
|||||||||||||
Kedelai
|
Sumber: Data Primer
Praktikum Klimatologi, 2017.
Keterangan:
CH : Rata-rata curah hujan (mm/bulan)
LP : Label Pemetaan, warna
untuk padi, warna
untuk palawija (
jagung,
ketela pohon,
kedelai),
untuk pengolahan tanah, dan warna
untuk padi gogo.








Rencana pemetaan pola tanam LP II yaitu sistem tegalan.
Penanaman dimulai pada bulan Oktober. Bulan Oktober sampai Mei, lahan ditanami
ketela pohon. Lalu pada bulan Juni sampai Agustus ditanami palawija jenis
kedelai dan pada bulan September dilakukan pengolahan tanah. Kedelai bisa
ditanam pada Juni sampai Agustus karena mempunyai curah hujan kurang dari 100
mm bulan yang menandakan bahwa kedelai merupakan tanaman yang tahan terhadap
kekurangan air. Hal ini sesuai dengan pendapat Dewanti (2011) yang menyatakan
bahwa kedelai merupakan tanaman yang tahan terhadap cekaman air.
![]() |
|||
![]() |

SIMPULAN
DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan
praktikum tentang tipe iklim dan pemetaan pola tanam,
dapat ditarik kesimpulan bahwa curah hujan berpengaruh terhadap pembuatan pola
tanam. Kecamatan Pucakwangi tergolong agak kering karena menurut Mohr bertipe
iklim III, Schmidt Ferguson D, Oldeman D3. Pemetaan pola tanam di Kecamatan
Pucakwangi yaitu palawija-padi-padi-palawija pada LP I dan sistem tegalan pada
LP II, komoditas palawija yang ditanam yaitu jagung, kedelai dan ketela pohon.
5.2. Saran
Saran yang dapat
diberikan untuk menunjang hasil praktikum yang lebih baik adalah sebaiknya data
harus lengkap agar mempermudah jalannya praktikum.
![]() |

Dewayani, W. 2011. Laporan pelaksanaan
pendampingan sl-ptt padi dan jagung di kabupaten Takalar. Departemen Pertanian.
Sulawesi Selatan.
Dewi,
N. K. 2005. Kesesuaian iklim terhadap pertumbuhan tanaman. Jurnal Biologi 1(2) : 1-15.
Fadholi, A. dan
Supriyatin, D. 2012. Sistem pola tanam di wilayah Priangan berdasarkan
klasifikasi iklim Oldeman. Jurnal
pendidikan Geografi 12(2) : 61-70.
Indiyanti, D. 2009. Perbandingan hasil penentuan curah hujan bulanan
menurut teori Mohr dan Oldeman dengan pendekatan sistem informasi geografis.
UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Lakitan, B. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi cetakan ke-dua. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Las, I. 2007. Kebijakan litbang pertanian menghadapi
perubahan iklim dipresentasikan pada pertemuan Pokja anomali Iklim mengenai
dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian, strategi antisipasi dan
teknologi adaptasi. Prosiding pertanian. Bogor.
Muhliharno,
E. 2003. Prosiding seminar berkala meteorologi dan geofisika. Departemen
perhubungan meteorologi dan geofisika. Jakarta.
Praptono, B. 2010. Kajian pola bertani padi sawah di kabupaten Pati
ditinjau dari sistem pertanian berkelanjutan. Universitas Diponegoro. Semarang.
Purwono
dan Purnamawati, H. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
Purwono dan R. Hartono. 2006. Bertanam Jagung Unggul.
Penebar Sawadaya. Jakarta.
Runtunuwu
dan Syahbuddin, H. 2007. Perubahan pola curah hujan dan dampaknya terhadap
periode masa tanam. Jurnal Tanah dan Iklim
2(26) : 1-12.
Setiawan, H., B.
Sudarsono dan M. Awaluddin. 2013. Identifikasi
daerah prioritas rehabilitasi lahan kritis kawasan hutan dengan penginderaan
jauh dan sistem informasi geografis. Jurnal Geodesi 2(3) : 31-41.
![]() |
Sulardi. 2010. Tingkat kerapatan dan pola pemetaan tanaman
pekarangan di kecamatan kaliwungu kabupaten semarang jawa tengah. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Sunarto,
S. W. B. 2016. Kecamatan Pucakwangi dalam Angka tahun 2016. BPS Kabupaten Pati.
Pati.
Syakur, A. R.
2008. Perubahan penggunaan lahan di provinsi Bali. Jurnal Ecotrophic, 6 (1)
: 201.
Usman, Z., U. Made dan Adriaton. 2014. Pertumbuhan dan hasil tanaman
padi (Oryza sativa L.) pada berbagai umur semai dengan teknik budidaya
SRI (system of rice intensification). J. Agrotekbis 2(1) : 32-37.
Wiyono, S. 2010. Perubahan
iklim dan ledakan hama dan penyakit tanaman. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
![]() |

Tabel 5.Pengamatan Curah
Hujan di Kecamatan Pucakwangi, Kabupaten Pati
Bulan
|
Tahun
|
Rata-Rata
|
Oldeman
|
|||||||||||
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
|||||
Januari
|
87
|
74
|
246
|
351,5
|
457
|
238
|
238
|
287
|
544
|
437
|
296
|
BB
|
||
Februari
|
219
|
122
|
196
|
214,5
|
233
|
105
|
131
|
132
|
111
|
318
|
178,2
|
BL
|
||
Maret
|
172
|
146
|
229
|
217,5
|
206
|
105
|
142
|
145
|
107
|
304
|
177,4
|
BL
|
||
April
|
136
|
327
|
144
|
180,5
|
217
|
231
|
49
|
240
|
126
|
329
|
198
|
BL
|
||
Mei
|
0
|
18
|
95
|
117,5
|
140
|
140
|
35
|
272
|
73
|
281
|
148,8
|
BL
|
||
Juni
|
0
|
113
|
17
|
86,5
|
156
|
19
|
69
|
93
|
149
|
195
|
89,8
|
BK
|
||
Juli
|
0
|
2
|
0
|
90,5
|
181
|
0
|
0
|
96
|
107
|
111
|
58,8
|
BK
|
||
Agustus
|
0
|
0
|
0
|
58,5
|
117
|
0
|
0
|
0
|
14
|
446
|
63,6
|
BK
|
||
September
|
0
|
58
|
0
|
95
|
190
|
0
|
5
|
0
|
56,5
|
113
|
51,2
|
BK
|
||
Oktober
|
0
|
151
|
5
|
98,5
|
192
|
105
|
143
|
68
|
14
|
68
|
84,4
|
BK
|
||
November
|
146
|
233
|
107
|
130
|
153
|
123
|
93
|
152
|
85
|
194
|
141,6
|
BL
|
||
Desember
|
251,6
|
309
|
184
|
262
|
340
|
213
|
86
|
327
|
476
|
601
|
305
|
BB
|
||
Jumlah
|
1012
|
1553
|
1223
|
1902,5
|
2582
|
1279
|
991
|
1812
|
1862,5
|
3397
|
Rata-rata
|
Mohr
|
||
Rata-rata
|
84,3
|
129,4
|
102
|
158,5
|
215
|
106,5
|
82,6
|
151
|
155
|
283
|
||||
Schmidt-Ferguson
|
BK
|
6
|
4
|
5
|
1
|
12
|
4
|
5
|
2
|
3
|
0
|
4,2
|
4
|
|
BL
|
1
|
1
|
1
|
4
|
0
|
0
|
3
|
3
|
2
|
1
|
1,6 2
|
|||
BB
|
5
|
7
|
6
|
7
|
0
|
8
|
4
|
7
|
7
|
11
|
6,2 6
|
|||
Sumber:
Data Badan Pusat Statistika Semarang, 2017.



Komentar
Posting Komentar